“Tuhan...Andai
aku bisa memilih, aku hanya ingin selalu bersamanya. Akan ku katakan padanya
kalau aku juga mencintainya,” pintaku dalam do’a.
***
Siang
itu, Raka mengirim SMS pada ku, meminta ku untuk menemuinya. Tanpa pikir
panjang akupun datang ke fakultasnya. Kami satu kampus, tapi beda fakultas. Aku
fakultas teknik dan Raka fakultas Ekonomi.
“Iiaann”....Terdengar
sapaan raka, yang sedang ku cari dimana orangnya. Nah, ternyata dia sedang
duduk di bawah pohon rindang didekat fakultasnya. Andrean
nama ku, namun Raka memangilku dengan panggilan “Ian” beda dengan teman-temanku yang lain.
“Kenapa
ka, tumben sms minta aku datang ke
sini?” tanya ku pada raka
“Kamu
masih ada jam ngampus gak?” tanya raka balik.
“Udah
ga ada ka, aku baru keluar 15 menit yang laaa.....”. Belum
selesai aku menjawab pertanyaannya tiba-tiba Raka pinsan di samping ku. Panik,
Aku bener-bener panik . tidak seperti biasanya Raka seperti ini. akhirnya aku
meminta tolong pada orang-orang yang didekat ku untuk menggendongnya ke
mobilku. Aku ingin membawanya kerumah sakit terdekat. Namun setelah setengah
perjalanan tiba-tiba raka terbangun dan kaget.
“
loh,,,ian aku dimana?” tanyanya dalam kebingungan sambil memegangi kepalanya.
“haaa...kamu
dah sadar ka?, syukurlah...”
“emangnya
apa yang terjadi dengan aku ian?” raka benar-benar tak mengetahui apa yang
sudah terjadi padanya. Aku menceritakan kejadian yang sudah terjadi tadi
padanya. Tiba-tiba raka memotong pembicaraan ku “ian, bisa kamu menemaniku
sebentar saja ke Pantai ?”pintanya penuh harap.
Tumben
dalam hatiku ia mau kepantai, tak biasanya raka mau kepantai apalagi siang
bolong gini. Ya mau gak mau aku menemaninya juga. Sesampainya di pantai kami
pun turun dari mobil, dan raka langsung menarik tangan ku.
”ayo
cepat ikut aku ian”..paksanya. Dan tanpa
pikir panjang akupun mengikutinya.
“Mau
kemana ka???” tanya ku bingung.
“Udah
diam aja nanti juga tahu kok”.
Tak
lama perjalanan kami, akhirnya sampailah aku dan raka di tempat yang indah.
Padahal pantai ini sangat sering aku datangi, tapi kenapa aku tak pernah datang
ke tempat yang aku injak saat ini. Sungguh sangat indah. Tampak jelas gelombang
bergulung-gulung kearah tepi pantai. Apalagi dihiasi indahnya awan biru.
“Kamu
gak pernah tahu kan ian kenapa aku jarang mau ikut kamu kepantai ini, apa kamu mau tahu alasannya ?”. tiba-tiba raka
memecah kekaguman ku pada tempat ini.
“Hah,
emangnya kenapa ka?” tanya ku bingung.
“Karena
aku bosan .... hampir setiap hari aku kesini ian”
Aku
semakin bingung apa yang raka ucapkan padaku. Apa yang ia lakukan disini
sampai-sampai hampir tiap hari ia kesini. Tiba-tiba raka melanjutkan
kata-katanya “hanya disini aku bisa teriak sepuasnya ian, tanpa ada seorangpun
yang mendengarku, dan hanya disini aku bisa menerima penyakit yang sedang aku
alami saat ini”...
Lalu
aku memotong pembicaraannya “maksud mu penyakit, penyakit apa ka?”
“Sulit
buat aku memberitahukan penyakitku ini ke siapapun ian,ke kamu maupun ke
orangtua ku. Tapi karena aku sudah mengajak mu ketempat ini, aku akan
memberitahukan mu..”ucapnya dengan nada sedih.
Aku
masih terdiam memikirkan, sebenarnya apa yang dideritanya. Sampai-sampai aku
tak mengetahuinya sama sekali, begitu pandai ia menyimpan penyakit yang
dideritanya selama ini.
“Ian,
maukah kau berjanji pada ku sebelum aku memberitahukan mu tentang penyakitku
ini?..pintanya
Tanpa
berpikir panjang aku pun menjawab ” Iya aku janji ka”.
Raka
pun melanjutkan kata-katnya lagi... “ian, aku mohon sama kamu jangan ada yang tahu tentang penyakitku ini,
sampai aku tak didunia ini lagi”.
Selesai
mendengar ucapannya aku tersentak kaget...“ maksud mu apa tak didunia ini
lagi?”,,,
“Ia
ian, aku divonis menderita Kanker Otak Stadium Akhir, dan kata Dokter kecil
harapan ku untuk bisa disembuhkan ian,” katanya dengan nada datar sambil
mengusap air mata dipipinya.
Aku,
aku sama sekali tak bisa berkomentar apa-apa lagi. Yang aku rasa saat ini
seakan-akan air laut menjadi keruh dan langitpun menjadi mendung, dimana keindahan yang tadi
aku lihat?. Hilang tiba-tiba. Pantas saja tadi dia memegangi kepalanya ketika
bangun dari pinsan. Barangkali ia merasakan sangat sakit pada kepalanya.
“ian,,”panggilnya
kepada ku
“ia
ka” jawabku dengan masih tak percaya dengan apa yang ia katakan tadi.
“aku
cuma mau berterima kasih atas apa yang sudah kamu berikan selama ini pada ku,
aku merasa nyaman punya teman seperti kamu, dan aku harap kamu gak pernah
lupain kenangan kita selama kita berteman.”. Keadaanpun menjadi hening, aku
diam dan raka pun diam.
“aku
cinta kamu ian,” ucapnya dengan nada gemetar.
“apa?,”
tanya ku, seakan-akan aku tak mendengar apa yang raka katakan itu pada ku.
“ya...aku
cinta sama kamu ian, dari kecil kita berteman dari situlah aku menanam cinta
ini, aku gak berani ungkapkan ini pada mu, karena aku yakin pasti kamu gak
mempunyai rasa yang sama seperti apa yang aku rasakan,”
Lagi-lagi
aku hanya terdiam mendengarkan ucapannya. Sulit bagi ku untuk mengeluarkan satu
katapun. Lalu raka berjalan kearah pantai mengambil segenggam pasir dan
melemparkannyaa kelaut. Tiba-tiba
tubuhnya terjatuh dipepasiran, sontak aku langsung berteriak
“raakaaa.....”
Langsung
ku gendong tubuh basah itu ke mobilku, dan langsung aku membawanya kerumah sakit.
Satu
jam berlalu, Tante Cindy ibunya rakapun datang ke rumahsakit.
“Andre,
kenapa dengan raka?, sampai ia harus masuk UGD nak, padahal tadi pagi ia masih
sarapan seperti biasanya” tanya tante Cindy sambil menangis.
“Raka
tadi pinsan tiba-tiba tante waktu dikampus,”kataku dengan tenang.
Ingin
sekali aku cerita pada tante Cindy tentang penyakit Raka, tapi aku sudah
berjanji pada raka untuk tidak memberitahukan penyakitnya kepada siapapun,
walaupun pada ibunya.
Akhirna
pintu UGD pun terbuka, Dokter keluar ruangan dan tante Cindypun langsung
bertanya bagaimana keadaan anaknya pada dokter, dan ternyata Dokter Fauzi inilah yang menangani Raka selama ini.
“Maaf bu, ikhlaskanlah anak ibu untuk kembali ke
Sisi Nya,”jawab Dokter yang menangani Raka itu.
“Ma..maksud
dokter anak saya tidak dapat ditolong lagi?,” tanya ibu raka dengan jelas.
“Iya
bu, Anak ibu terserang Kanker Otak Stadium Akhir. Maaf bu saya harus pergi karena saya masih ada
pasien yang lain,Permisi,”pinta Dokter Fauzi.
Hati
ku terasa dicabik-cabik oleh pisau tumpul, sakit dan sangat sakit. Hal yang
tidak pernah aku bayangkan ternyata terjadi didepan mata ku, kini aku melihat
tubuh raka terbaring kaku tak berdaya tanpa memperdulikan tangisan ibunya lagi .
dan satu hal yang belum diketahuinya bahwa aku sebenarnya menyimpan rasa yang
sama padanya. Raka aku mencintaimmu, dalam bisik ku pada jenazah Raka.